Senin, 25 april
Pastilah selama kita hidup sering dibuat
menunggu. Menunggu seseorang, menunggu dosen datang (ga yakin), menunggu buah
matang, menunggu pagi, menunggu malam, bahkan menunggu dia putus sama pacarnya
*ups. Ya semuanya serba menunggu. Aku yakin tak ada hari tanpa menunggu.
Malam harinya, aku menjemput temanku di
stasiun, karena dia baru pulang kampung. Aku meng-sms-nya pada pukul setengah
delapan, dan dia baru membalasnya pada pukul 08.11. dia bilang
jika baru saja
melewati Singosari dan menyuruhku menjemput pukul 22.10. pada pukul setengah
sepuluh aku meng-sms-nya lagi,
“Sampai mana?” dia membalas sampai di Porong.
Dan aku bertanya, “Apa aku jemput sekarang?”
dan dia membalasnya iya.
Dia bilang bahwa dia sudah di Tanggulangin.
Berarti dia kurang melewati Stasiun Sidoarjo, Gedangan, Waru, baru kemudian
Wonokromo. Segera aku bergegas menjemputnya pada pukul sepuluh. Pada pukul
22.20 aku sudah tiba di Stasiun Wonokromo. Dia ku sms lagi, dia bilang bahwa
keretanya menuju Gedamgan.
Karena masih lama dan sangat bosan, rasa kantuk
menghinggapi, maka kuputuskan untuk tidur diatas motor (bisa membayangkan ga
nih?). niatku sebenarnya hanya memejamkan mata sebentar, namun malah tertidur.
“Mbak keretanya sudah sampai semua. Mau tidur
disini?” sayup-sayup aku mendengar suara yang membuatku terbangun. Ternyata
orang tersebut adalah sopir taxi yang mobilnya teraparkir di belakang motorku.
Astaga! Aku hampir lupa. Kurogoh saku, dan ternyata hpku bergetar. Temanku
telfon, menanyakan aku dimana. Kulirik waktu, ternyata sudah pukul sebelas
malam. Huaah... tau gitu aku njemput jam setengah sebelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar