Kami
mendapat nomer urut 3 di perlombaan siang itu. Di ruang T8.02.08 yang
seharusnya menegangkan malah menjadi hal yang aneh bagi kami. Pasalnya yang
mengikuti lomba tersebut adalah mereka-mereka yang mengikuti ormas islam. Aku
pun sering melihat mereka menyebarkan buletin Al-islam. Tak hanya menyebarkan
buletin, tapi mereka juga menyebarkan paham. Bahkan aku sering menulikan
telinga ketika mereka mulai ceramah. Bukannya tidak menghargai, tetapi aku tak
suka cara mereka saja.
Kami
tertawa cekikikan di dalam ruangan. Merasa malu. Merasa tak pantas di sana.
Merasa tak pantas melawan mereka. Jika dibanding ya berbeda sekali lah. Mereka
lebih paham agama, ketimbang prejengan yang
seperti kami. Kami menjadi psimis melihat saingan yang seperti ini. Seharusnya
bukan kami yang di sini, tetapi teman kami ada yang kami rasa setara dengan
mereka.
Lomba
Fahmil Qur’an (cerdas cermat) segera dimulai dengan no urut satu hingga tiga
sebagai gelombang pertama. Aturan mainnya adalah jika jawaban salah/benar 50%
skor -50, benar 75% skor +75, dan jika
benar skor +100, aturan main untuk pertanyaan rebutan. Jika pertanyaan wajib
tidak akan dikurangi jika salah. Yang di pertanyakan adalah ayat Al-Qur’an,
hadist, sejarah islam, dan ilmu tajwid. Waduh ngeri bagiku yang tak terlalu
mengerti.
Pada
pertanyaan wajib, kami hanya mengumpulkan skor 50. Sedangkan kedua saingan kami
memperoleh skor sama, yaitu 225. Skor yang kami dapatkan dari pertanyaan wajib
harus rela dikuranngi 50 karena salah menjawab. Pertanyaan sepela memang.
“Berapa jumlah huruf Hijaiyah?”. Aku malah ingat 26 (Btw ini kan huruf abjad),
dan temanku menjawab 27. Karena yang benar adalah 29. =,=
Kami
keluar ruangan dengan tertawa cekikan, malu banget. Semalu-malunya. Tak akan
bertindak bodoh dua kali, tak akan. Hingga kami mempunyai niat untuk tak
menceritakan aib ini kepada siapa pun. Tapi aku akan menceritakan di blog hihi.
Sedangkan
untuk diriku sendiri, rasanya aku terdampar di pulau tanpa nama. Yang entah
dimana. Aku terpaksa sih ikut ini, karena dipaksa. Dan aku merasa hanya menjadi
pelengkap kelompok saat perlombaan ini. Karena aku tak ikut berdiskusi dengan
kedua temanku, yang ku rasa lebih paham agama dibanding aku. Aku sebenarnya
agak malu, tapi bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, katanya. Malu karena
aku terlihat tak tahu apa-apa. Aku akui semakin kesini, semakin jauh dengan
agama. Hla wong jilbaban aja masih belum ‘ajeg’. Sudah jarang membaca
al-Qur’an. Jarang pokoknya. Dan aku merasa entahlah.
entahlah,, seperti penulis yang dirahasiakan
BalasHapusWebsite paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
www.arenakartu.cc
100% Memuaskan ^-^
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
www.arenakartu.cc
100% Memuaskan ^-^