Kejadian ini sebenarnya sudah lama sih, terjadi di tahun 2016 di bulan November. Tapi entah kepengen mosting aja. Hehe.
Tengah hari ini, malam Selasa menjelang Rabu,
menurutku ada momen yang harus diabadikan. Banyak pelajaran yang ku dapat dari
momen itu. Terutama adalah ilmu psikopen. Ilmu kepekaan *eleeeeh.
Pagelaran wayang bukannya melihat, malahan aku
berada di Mushola FBS bersama ketiga teman sekelasku. Dua orang temanku saling
berdebat. Mereka mendebatkan persepsi. Dua orang tersebut adalah seorang
perempuan dan seorang laki-laki. Sebut saja perempuan A dan laki-laki B. Mereka
dengan kepala yang panas, mempertahankan pendapat masing-masing. A adalah yang
disalahkan si B. Lalu A membela, memberi alasan, dan sebagainya. Tetapi dengan
kukuh B menolaknya.
Aku banyak-banyak diam, mendengarkan dan apabila
mereka agak mendidih, kusabarkan mereka untuk tidak memuncak. Tetapi yang
menarik disini adalah mereka berdebat tidak dengan raut muks tegang, malah
dengan kadang disertai bercandaan. Berdebat ngalor ngidul nggak jelas dan
kadang nggak nyambung. Sedangkan dari kelima orang ini, hanya di B saja yang
lelaki. Dan sang lelaki ini memarahi kita yang perempuan dengan semua
argumen-argumen yang menyudutkan kita, terutama kelas 2015C.
Memang kadang berdebat itu banyak buang tenaga dan
energi. Kadang aku terpancing juga, apalagi ia menyebut-nyebut guru yang juga
seniman. Dia lupa mungkin nama prodi yang sedang ia jalani. Perdebatan itu
berlangsung hingga 2 jam. Satu jam pertama mereka dengan kepala yang sedang
memanas, tetapi satu jam berikutnya, apalagi dari pihak B mulai menanggapi
dengan dingin hati dan perlahan menyadari apa kesalahan-kesalahan. Memang semua
harus dipandang melalui beberapa sisi. Ikut merasakan apa yang dilakukan orang
lain. Tetapi si B ini egois dengan pendapatnya yang tak mau melihat dari sisi
orang lain.
Setahuku, si B adalah orang yang tidak terlalu
pedulian. Ia mempunyai prinsip jika ia melakukan hal yang tak ia sukai, ia akan
tak peduli. Dipaksa seperti apa pun ia akan memberontak. Dan secara tidak
langsung ia memaksakan kehendak orang lain untuk menurutinya, sedangkan orang
lain tak menyukainya. Kurasa itu lelucon. Aku merasa akhir-akhir ini ia berubah
drastis. Ia yang dulunya tak peduli menjadi peduli. Apa lagi caranya dengan
marah-marah di grup bbm. Aku menduga karena ia dipengaruhi oleh orang-orang
sekitarnya. Salah satu temanku membenarkan pendapatku, yang satunya lagi bilang
begini “Dia dalam keadaan down, dalam keadaan lelah. Sehingga ia mudah
dipengaruhi. Dan saat itu ia menelan mentah-mentah omongan yang datang dari
orang lain”
Dan sekarang laki-laki B jarang kuliah. Karena disibukkan urusan Sanggar Bharada, urusan pengrawit, dan segala tetek bengek pertunjukan Kethoprak. Sebenarnya kasihan. Kasihan sebagai pengrawit, tetapi lebih kasian kuliahnya. Tahun kami, limit kuliah hanya sampai pada semster 10. Jadi intinya, maksimal lulus dalam waktu 5tahun. Kalo lebih dari itu, sudah tahu kan jawabannya. Semoga saja dia lekas sembuh dari penyakitnya ini. Amiiin
Dan sekarang laki-laki B jarang kuliah. Karena disibukkan urusan Sanggar Bharada, urusan pengrawit, dan segala tetek bengek pertunjukan Kethoprak. Sebenarnya kasihan. Kasihan sebagai pengrawit, tetapi lebih kasian kuliahnya. Tahun kami, limit kuliah hanya sampai pada semster 10. Jadi intinya, maksimal lulus dalam waktu 5tahun. Kalo lebih dari itu, sudah tahu kan jawabannya. Semoga saja dia lekas sembuh dari penyakitnya ini. Amiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar