Kamis, 16 Februari 2017

01:31

Kejadian ini sebenarnya sudah lama sih, terjadi di tahun 2016 di bulan November. Tapi entah kepengen mosting aja. Hehe.


Tengah hari ini, malam Selasa menjelang Rabu, menurutku ada momen yang harus diabadikan. Banyak pelajaran yang ku dapat dari momen itu. Terutama adalah ilmu psikopen. Ilmu kepekaan *eleeeeh.


Pagelaran wayang bukannya melihat, malahan aku berada di Mushola FBS bersama ketiga teman sekelasku. Dua orang temanku saling berdebat. Mereka mendebatkan persepsi. Dua orang tersebut adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki. Sebut saja perempuan A dan laki-laki B. Mereka dengan kepala yang panas, mempertahankan pendapat masing-masing. A adalah yang disalahkan si B. Lalu A membela, memberi alasan, dan sebagainya. Tetapi dengan kukuh B menolaknya.
Aku banyak-banyak diam, mendengarkan dan apabila mereka agak mendidih, kusabarkan mereka untuk tidak memuncak. Tetapi yang menarik disini adalah mereka berdebat tidak dengan raut muks tegang, malah dengan kadang disertai bercandaan. Berdebat ngalor ngidul nggak jelas dan kadang nggak nyambung. Sedangkan dari kelima orang ini, hanya di B saja yang lelaki. Dan sang lelaki ini memarahi kita yang perempuan dengan semua argumen-argumen yang menyudutkan kita, terutama kelas 2015C.

Memang kadang berdebat itu banyak buang tenaga dan energi. Kadang aku terpancing juga, apalagi ia menyebut-nyebut guru yang juga seniman. Dia lupa mungkin nama prodi yang sedang ia jalani. Perdebatan itu berlangsung hingga 2 jam. Satu jam pertama mereka dengan kepala yang sedang memanas, tetapi satu jam berikutnya, apalagi dari pihak B mulai menanggapi dengan dingin hati dan perlahan menyadari apa kesalahan-kesalahan. Memang semua harus dipandang melalui beberapa sisi. Ikut merasakan apa yang dilakukan orang lain. Tetapi si B ini egois dengan pendapatnya yang tak mau melihat dari sisi orang lain.


Setahuku, si B adalah orang yang tidak terlalu pedulian. Ia mempunyai prinsip jika ia melakukan hal yang tak ia sukai, ia akan tak peduli. Dipaksa seperti apa pun ia akan memberontak. Dan secara tidak langsung ia memaksakan kehendak orang lain untuk menurutinya, sedangkan orang lain tak menyukainya. Kurasa itu lelucon. Aku merasa akhir-akhir ini ia berubah drastis. Ia yang dulunya tak peduli menjadi peduli. Apa lagi caranya dengan marah-marah di grup bbm. Aku menduga karena ia dipengaruhi oleh orang-orang sekitarnya. Salah satu temanku membenarkan pendapatku, yang satunya lagi bilang begini “Dia dalam keadaan down, dalam keadaan lelah. Sehingga ia mudah dipengaruhi. Dan saat itu ia menelan mentah-mentah omongan yang datang dari orang lain”

Dan sekarang laki-laki B jarang kuliah. Karena disibukkan urusan Sanggar Bharada, urusan pengrawit, dan segala tetek bengek pertunjukan Kethoprak. Sebenarnya kasihan. Kasihan sebagai pengrawit, tetapi lebih kasian kuliahnya. Tahun kami, limit kuliah hanya sampai pada semster 10. Jadi intinya, maksimal lulus dalam waktu 5tahun. Kalo lebih dari itu, sudah tahu kan jawabannya. Semoga saja dia lekas sembuh dari penyakitnya ini. Amiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar