Jumat, 17 Maret 2017

Mengapa?

Tuhan, mengapa skenariomu terkadang lucu sekali? Inikah yang benar-benar dinamakan panggung sandiwara yang penuh hiburan?

Aku perlu bertanya pada diriku sendiri. Siapkah aku menerima ini? Sanggupkah aku dengan semua resiko yang ada?

Hidup selalu menawarkan banyak pilihan. Pilih resiko yang mana?

Aku muak dengan kemanisan, karena yang terlihat manis tak selalu terasa manis.

Mungkin menertawakan jalan hidup kita lebih baik daripada harus mengeluh atau memikirkannya. Bisa-bisa kumpul semua penyakit. Kok bisa? Karena semua di dunia ini hanya hiburan untuk Tuhan. Pertunjukan kecil. Kita adalah wayang yang diatur oleh Pak Dalang.


Ah lupakan kata-kata diatas. Hanya untuk prolog. Wkwk. Seperti katanya, "Rasa itu membuat kita terlihat tolol, dengan cinta kita merasa bodoh. Karena rasa bertolak belakang dengan logika". Ku tambahkan, rasa itu tak memandang usia, tak memandang siapa dia, tak peduli tampangnya yang seperti apa. Aku pun bingung kenapa bisa jatuh hati dengannya. Dengan orang yang umurnya jauh diatasku. Lebih dari sepuluh tahun. Kenapa? Kenapa aku jatuh cinta dengannya, dengan rambut gondrong yang menjadikannya terlihat seperti 'anak kleleran' (katanya)? Haha. Dunia ini selalu punya nilai rasional dan irasional. Tuhan selalu menciptakan sesuatu berpasangan.

Ketika pertama bertemu antara aku dan dirinya tak banyak komunikasi. Katanya, aku sok jual mahal. Hadew. Setelah itu lama tak bertemu dengannya. Pertemuan selanjutnya, karena aku tak ada teman untuk menemuinya, jadi aku terpaksa sendiri. Pertemuan itu memberiku banyak makna. Aku tahu bahwa selama ini yang menghambatku adalah 'gagal move on'. Moodku sering berubah karena sang mantan. Aku berubah menjadi orang yg ga bisa mengendalikan emosi. Dan seseorang ini membantuku dalam proses move on. Awalnya aku curiga dari kata-kata "Kalau kamu kepengin ngehubungi mantanmu, alihkan ke Mas. Mas akan ada buat kamu, mau bahas apa aja. Yang penting jangan menghubunginya terlebih dahulu. Ya kalau mas sibuk, nanti kalau udah nggak sibuk, mas siap kok." katanya sembari memelukku yang sedang terisak. Seusainya, aku diajaknya mencari makanan. Dalam perjalanan aku membatin "Jangan sampai aku nyaman dengan orang ini". Karena aku takut terjebak nyaman dengan orang ini. Ya kalau dia ada rasa, kalau nggak, ngenes kan aku.

Entah mengapa banyak hal yang kita inginkan menjauh malah menjadi dekat. Kenapa?

Nyatanya, aku pun merasa nyaman dengannya. Kenapa hal yang kita takutkan, malah terjadi. Hmm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar