Selasa, 19 April 2016
Salah satu dosen jurusan Bahasa Jawa adalah
Bapak Yohan Susilo. Pada semeter dua ini, beliau mengajar dua matkul, yaitu
Seni Karawitan 2 dan Seni Tembang 2. Ada yang unik dari dosen ini. Selalu
mengatakan kata “Tempo, tempo” untuk karawitan yang memerlukan nabuh dengan
tempo yang sesuai dan tembang yang temponya sesuai, “Tempo kudu ajeg”, beliau mengatakan ini di matkul karawitan untuk
penabuh supaya temponya tetap, “Parkir sik
mas/mbak” beliau mengatakan demikian karena pada saat mengetes mahasiswa
menabuh bonang babok dengan gaya imbalan, mahasiswa belum bisa/belum ajeg, “Sinau malih” beliau mengatakan demikian apabila mahasiswa pada saat
menembang nadanya kurang tinggi/kurang rendah atau cakepan (lirik) tidak sesuai dengan nada.
Seni Tembang 2, perkuliahan ini sistem praktek.
Materinya adalah tembang macapat. Tembang macapat, sampai sekarang banyak yang
beda menafsirkannya, salah satunya adalah menyebutkan puisi yang ditembangkan.Yang
harus dicapai mahasiswa adalah menambangkan 11 tembang macapat.Kesebelas
tembang tersebut adalah pangkur, pucung, maskumambang, dhandhanggula, gambuh,
asmarandana, megatruh, kinanthi, durma, mijil, dan sinom. Yang mempunyai laras
slendro ataupun pelog. Slendro adalah tangga nada dimana tidak ada nada 4 dan 7.
Slendro terbagi atas slendro patet sanga, slendro patet nem, dan slendro patet
manyura. Pelog adalah nada tangga yang mempunyai nada 4 dan 7, tetapi tidak
semuanya ada nada 4 dan 7. Seperti pelog patet nem dan patet lima, ada nada 4
tidak boleh menggunakan 7. Pelog patet barang tidak menggunakan nada 1 dan 4,
tetapi menggunakan nada 7. Yang mem
Selasa ini adalah materi slendro patet sanga,
tembang kinanthi. Dimana nada slendro ini ada nada satu tinggi dan dua tinggi.
Aku paling tak suka jika ada kedua nada itu, karena aku belum bisa. Waktu masih
menunjukkan pukul 14.00 ketika Pak Yo sudah mencontohkan tembang kinanthi,
masih ada sejam untuk mencoba, menyetor tembang. Aku masuk kloter kedua. Saat
kloterku sudah masuk dan giliranku, apesnya aku. Gatra (garis) pertama adalah “
5 6 6 6 6 1 2 2” (dimana nada 1 dan 2 tersebut adalah nada tinggi, satu titik
atas dan dua titik atas), ketika sampai di nada 1 dan 2 tinggi, tiba-tiba saja
aku minder dan nggak pede. Karena itulah, suaraku jadi aneh. Dengan logat khasnya,
beliau langsung bilang “Salah, salah”. Hingga tiga kali aku mencoba, tapi
hasilnya nihil. Dan beliau mengatakan “sinau malih”. Huweeeeeeeeeeeeeeee.
Aku harus bagaiamana supaya bisa nada satu
tinggi dan dua tinggi? O.o aku minder, karena aku pernah dikatai jika suaraku
mirip tikus kejepit. -_-“ aku harus bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar